Selasa, April 14, 2009

pribadi muslim

Enam Nasehat Menjadi Pribadi Muslim yang Bermanfaat.
6 hal yang perlu kita ingat dalam mengarungi hidup agar menjadi pribadi muslim yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Pertama : Begitu singkatnya waktu

Hidup kita terus berjalan, begitu juga dengan waktu. Bagi kita yang menyia-nyiakan waktu alangkah merugi. Bahkan Allah sendiri memberi peringatan khusus betapa pentingnya waktu dalam salah satu suratnya Al 'Asr (Demi Waktu). Waktu tidak akan kembali. Dia terus berjalan tanpa henti. Dia tak akan kembali, betapa singkatnya waktu tanpa kita sadari. Waktu yang 24 jam kepada kita, berapa jamkah yang sudah kita sediakan untuk Beliau, Allah. Banyak untuk bermaksiatkah atau berbuat kebaikankah? Semuanya pati akan dimitai pertanggungjawabannya.

Kedua; begitu dekatnya kematian

Dengan waktu yang kita miliki, sudah berapa amal kebajikan yang kita perbuat untuk mempersiapkan diri di alam keabadian. Sudahkah kita bermuhasabah diri. Karena kematian itu begitu dekat. Dia datang tanpa kita sadari. Di kala duduk, berdiri, berjalan, bekerja, bahkan tidur, kematian senantiasa menjemput kita. Tanpa pandang bulu. Dia datang sekejap mata. Syukur-syukur kematian menjemput di kala kita berbuat amal kebajikan. Kita masih memiliki kesempatan terhadap amal kebaikan yang kita perbuat. Tapi yang sangat disayangkan sekali, jika kematian datang di saat kita dalam kondisi bermaksiat kepada Allah, nauzubillah minzalik. Mudah-mudahan hal ini tidak terjadi pada kita. Semoga Allah selalu menuntun kita ke jalan yang lurus, jalan yang di ridhoi Beliau (ihdinassyirotolmustakin)

Ketiga; begitu besarnya hawa nafsu

Hidup manusiapun juga tidak terlepas dengan hawa nafsu. Hawa nafsu adalah hal yang paling besar dimiliki oleh manusia. Maka hal ini pun tidak bisa kita buang begitu saja, karena kalau manusia tidak memiliki hawa nafsu, dia tidak akan mempunyai keinginan untuk berusaha, berbuat amal kebajikan, berkembang biak dan terus maju. Ftrah ini tidak bisa dipungkiri, karena Allah memberikan sifat ini tentu ada manfaat yang kita ambil. Wujud ujian untuk memperoleh ladang amal, juga terletak pada hawa nafsu yang dimiliki oleh manusia. Seandainay Allah menciptakan manusia seperti malaikat, tentu tidak ada kejhatan dan tidak ada ladang amal berbuat baik untuk manusia menumpas kejahatan tersebut. Ketika manusia tidak mempunyai hawa nafsu hidup terasa hambar, tidak ada keinginan untuk menjadi lebih baik. Akan tetapi hawa nafsu yang diberikan ini tentunya yang sesuai dengan ridho Allah, yakni hawa nafsu mutmainah, hawa nafsu yang terkendali dan tetap dalam koridor Beliau.

Keempat; begitu beratnya menjaga amanah

Kemudian yang paling berat adalah menjaga amanat. Seringkali setiap pemimpindengan hawa nafsu yang dimiliki melakukan berbagai macam cara agar terpilih menjdi seorang pemimpin, bahlan dengan mengobral janaji yang melenakan masyarakat. Ketika sudah terpilih menjadi pemimpin. Amanah atau janji-janjinya kepada masyarakat terlupakan. Maka amanah adalah hal yang paling berat dipegang oleh manusia. Mudah untuk mengucapkannya, sulit dalam pelaksanaannya. Seperti yang kita lihat sekarang, didaerah-daerah, berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin. Mereka melakukan berbagai hal. Padahal zaman Rasulullah saw tidak ada yang mau mengajukan diri jadi pemimpin selain ditunjuk. Para sahabat tahu bahwa menjadi seorang pemimpin berarti memiliki amanah yang berat di pundaknya. Berapa ribu manusia yang dipimpin, begitu pula dengan beban yang ditanggungnya.

Kelima; begitu sulitnya untuk ikhlas

Setiap manusia dalam beribadah kepada Allah, kunci utama diterima atau tidaknya adalah tergantung kepada sifat ikhlas yang dimilikinya. Segala perbuatan amal baik ataupun kebajikan yang diperbuat manusiaakan tersa sia-sia, ketika manusia tidak memiliki sifat ikhlas dalam dirinya. Semuaamal kebajikan yang dilakukannya hanya semata-mata mengharap ridho Allah SWT, bukan mengharapkan pujian ataupun imbalan dari orang lain. Jika ada orang yang berbuat abik, lalu ia berkata saya ikhlas membantu bapak atau ibu, maka orang inipun masih dipertanyakan keikhlasannya. Keikhlasan tersebut merupaka urusan Allah dengan makhluk Beliau, jadi kita tidak bisa mengukurnya.Cara yang terbaik ketika kita berbuat baik adalah tidak diketahui oleh orang lain, biarkan Allah yang menilainya. Kalau perlu setelah kita melakukan amal kebaikan, lupakan kebaikan yang telah kita lakukan tersebut. Anggap saja kita tidak pernah melakukannya. Hal ini untuk menghindari sifat riya dan ketidakikhlasan dalam diri kita.

Keenam; yang abadi adalah amal kebaikan

Ketika hati sudah memiliki keikhlasan, semua akan terasa mudah. Amal kebaiakan yangkita akan terus tergores dan kan membantu kita di yaumil akhir nanti. Setiap manusia diminta pertanggungjawaban terhadap waktu yang telah dilewatinya semasa di dunia. Untuk apa waktu itu dipergunakannya. Maka isilah hari-hari kita dengan senantiasa berbuat baik, karena amal kebajikan adalah abadi. Hal tersebut yang akan menentukan pilihan surga atau neraka yang akan kita diami di yaumil akhir nanti

Enam hal di atas merupakan nasehat yang kan mengingatkan kita, menuntun kita agar bergerak dan bekerja dengan selalu memberi manfaat buat diri sendiri dan orang lain. Pribadi muslim seperti ini akanmerasa rugi, ketika waktunya terbuang untuk hal-hal yang tidak berguna. Wallahualam bissowad.

Sumber; Tausiyah Ust. Anwar Ansori Mahdun
dipindahkan dari http://lathif99.blogspot.com
gambar dari http://hojotmarluga.wordpress.com

***********************